CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

25.6.09

Kongga Owose


Pada zaman dahulu kala, di negeri Sorume (kini Kolaka) terjadi malapetaka yang menghantui penduduk negeri itu. Seekor burung Garuda (Kongga Owose) setiap hari memakan kerbau hingga lama-kelamaan kerbau habis dimakannya. Setelah tidak ada lagi kerbau, burung Garuda itu berganti mencari mangsa manusia. Setiap merasa lapar burung itu turun ke bumi mencari manusia, menyamba satu per satu. Sejak itu, penduduk merasa resah dan takut, terutama bila melewati padang luas yang terkenal dengan sebutan padang luas Bende, tempat lalu lalang penduduk negeri. Suatu ketika, tersiar kabar bahwa di negeri Solumba (kini Balandete) ada seorang cerdik pandai berasal dari kahyangan yang bernama Larumbalangi. Beberapa orang diutus ke negeri Solumba menemui Larumbalangi dan menceritakan musibah yang terjadi serta meminta bantuannya. Larumbalangi berpesan agar dibuatkan umpan seorang manusia yang kuat dan berani, disekeliling orang itu dibuatkan pagar dari bambu runcing dan tombak. Kembali ke negeri Sorume, maka para utusan memanggil semua laki-laki yang berasal dari negeri Sorume dan negeri-negeri lainnya untuk mencari siapa yang berani dan kuat melawan burung Garuda. Akhirnya mereka menemukan Tasahea dari negeri Loeya yang cocok dengan pesan Larumbalangi tadi. Selanjutnya Tasahea dipasangkan di padang luas Bende. Tak lama kemudian datanglah Kongga Owose (burung Garuda) mencari mangsa dan menemukan seorang manusia di padang luas itu. Kongga Owose turun ke bawah akan menyambar Tasahea, tetapi dengan cekatan Tasahea melemparkan tombaknya hingga tepat menusuk dada burung Garuda itu. Buung itu kesakitan dan terbang terkepak-kepak menyemburkan darah. Kongga Owose itu terbang menuju Pomalaa melewati Torobulu, Amesiu, Malili, Pulang Manjang dan akhirnya jatuh di atas sebuah gunung. Setelah tujuh malam burung Kongga Owose itu mati, bangkainya mengeluarkan bau yang sangat busuk, akibatnya banyak orang yang menderita sakit perut dan meninggal. Selain itu, sungai-sungai daun-daun dan kayu mengandung ulat, sehingga banyak pohon yang habis dimakan ulat dan akibatnya banyak orang yang kelaparan dan meninggal. Untuk mengatasi musibah itu, mereka kembali menemui Larumbalangi. Larumbalangi pun berdoa kepada Tuhan memohon agar hujan deras turun. Doa Larumbalangi terkabul dan turunlah hujan sampai tujuh hari tujuh malam, sehingga terjadi banjir. Semua ulat dan tulang belulang burung Garuda hanyut ke sungai dan akhirnya ke laut. Konon ceritanya, setelah kejadian banjir itu laut di Kolaka banyak ikan dan batu karangnya. Gunung tempat jatuhnya burung Kongga Owose yang mati dinamakan gunung Mekongga, artinya tempat matinya burung Kongga Owose. Sedangkan sungai besar tempat hanyutnya tulang belulang burung Kongga Owose dinamakan Lamekongga, artinya membawa hanyut tulang burung Kongga Owose. Kini negeri Sorume dikenal namanya menjadi Mekongga.

Cerita Rakyat dari Kendari, Sulawesi Tenggara

0 komentar: